Seorang perempuan yang sangat cantik berkunjung ke sebuah desa untuk mengunjungi kerabatnya. Dia bertemu dengan seorang pemuda yang sangat tampan yang bekerja di rumah kerabatnya itu. Mereka berdua saling menatap dan jatuh cinta. Pemuda tampan itu merupakan pemuda yang sangat rajin berkerja, soleh, dan tekun beribadah. Itulah yang membuat perempuan cantik itu jatuh cinta. Sementara pemuda itu jatuh cinta kepada si perempuan cantik tidak hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena keramahannya. Walaupun perempuan cantik itu dianggapnya tidak terlalu menjaga hijab.
Pertemuan itu membuat keduanya gelisah karena cinta, hingga pemuda itu meminta orangtuanya untuk melamar perempuan cantik itu. Namun, ternyata perempuan itu sudah memiliki jodohnya dan dia akan segera dinikahkan. Perempuan itu pun mengirimkan surat kepada si pemuda.
"Sesungguhnya, tidak ada kata terlambat dalam cinta kita. walau Aku memang telah dijodohkan, tetapi aku yakin cinta kita lebih kuat daripada itu. Sebelum aku menikah, aku ingin kau memilikiku dan aku memilikimu. Secara sembunyi-sembunyi, kita bisa bertemu dan melepaskan dahaga cinta dan kerinduan kita."
Pemuda itu menjawab surat tersebut.
"Wahai Wanita solehah,
Pertemuan itu membuat keduanya gelisah karena cinta, hingga pemuda itu meminta orangtuanya untuk melamar perempuan cantik itu. Namun, ternyata perempuan itu sudah memiliki jodohnya dan dia akan segera dinikahkan. Perempuan itu pun mengirimkan surat kepada si pemuda.
"Sesungguhnya, tidak ada kata terlambat dalam cinta kita. walau Aku memang telah dijodohkan, tetapi aku yakin cinta kita lebih kuat daripada itu. Sebelum aku menikah, aku ingin kau memilikiku dan aku memilikimu. Secara sembunyi-sembunyi, kita bisa bertemu dan melepaskan dahaga cinta dan kerinduan kita."
Pemuda itu menjawab surat tersebut.
"Wahai Wanita solehah,
Kau tahu besarnya cintaku padamu dan ini merupakan ujian bagiku. Apa yang kau tawarkan padaku tidaklah bisa aku setujui. Aku lebih takut akan murka Allah dan api yang akan menjilati tubuhku karena melakukan perbuatan yang tidak Dia ridhai."
Membaca balasan surat itu, sang perempuan cantik menangis. “Aku tidak pernah menemukan pemuda sesaleh dia. Dia sangat menjunjung tinggi apa yang dibolehkan dan dilarang oleh Allah. Aku akan mengubah hidupku.”
Sejak itulah, perempuan itu mengubah sikapnya menjadi lebih hati-hati dan bertakwa. Dia meninggalkan segala urusan duniawi yang melenakan untuk mendapatkan ridha Allah. Hingga akhirnya, dia meninggal dengan memendam cinta dan kekaguman kepada si pemuda. Mendengar perempuan cantik yang dicintainya meninggal, pemuda itu menziarahi kubur dan memanjatkan doa untuknya. Suatu ketika, dia tertidur di makam perempuan itu dan bermimpi. Dalam mimpinya, dia bertemu perempuan cantik itu mengenakan baju indah dan wajah berseri.
“Bagaimana kabarmu? Sungguh indah apa yang kau kenakan,” tanya pemuda itu.
“Aku sangat bahagia dengan hari akhirku yang baik. Cintaku kepadamu telah menuntunku menuju kebaikan.” Jawab perempuan itu sambil tersenyum.
“Lalu kemana lagi kau menuju?” tanya si pemuda.
“Aku telah mendapatkan taman surga yang nyaman dan indah dengan restu Allah. Di sinilah tempatku sekarang.” Jawabnya.
“Aku harap, kau tidak melupakanku walau kau telah sangat bahagia dengan keadaanmu sekarang. Aku selalu mengingatmu.”
Membaca balasan surat itu, sang perempuan cantik menangis. “Aku tidak pernah menemukan pemuda sesaleh dia. Dia sangat menjunjung tinggi apa yang dibolehkan dan dilarang oleh Allah. Aku akan mengubah hidupku.”
Sejak itulah, perempuan itu mengubah sikapnya menjadi lebih hati-hati dan bertakwa. Dia meninggalkan segala urusan duniawi yang melenakan untuk mendapatkan ridha Allah. Hingga akhirnya, dia meninggal dengan memendam cinta dan kekaguman kepada si pemuda. Mendengar perempuan cantik yang dicintainya meninggal, pemuda itu menziarahi kubur dan memanjatkan doa untuknya. Suatu ketika, dia tertidur di makam perempuan itu dan bermimpi. Dalam mimpinya, dia bertemu perempuan cantik itu mengenakan baju indah dan wajah berseri.
“Bagaimana kabarmu? Sungguh indah apa yang kau kenakan,” tanya pemuda itu.
“Aku sangat bahagia dengan hari akhirku yang baik. Cintaku kepadamu telah menuntunku menuju kebaikan.” Jawab perempuan itu sambil tersenyum.
“Lalu kemana lagi kau menuju?” tanya si pemuda.
“Aku telah mendapatkan taman surga yang nyaman dan indah dengan restu Allah. Di sinilah tempatku sekarang.” Jawabnya.
“Aku harap, kau tidak melupakanku walau kau telah sangat bahagia dengan keadaanmu sekarang. Aku selalu mengingatmu.”
“Wahai pemuda yang solehah, aku tidak pernah melupakanmu. Selama di dunia dan hingga sekarang, aku selalu berdoa kepada Allah agar kelak kita bisa bersama di surga ini. Bantulah doaku ini dengan ketaatanmu beribadah.”
“Kapan aku bisa melihatmu lagi?” tanya si pemuda.
“Tak lama lagi, bersabarlah.”
Ternyata, tiga hari setelah mimpi itu, si pemuda meninggal dunia dan Allah telah mengabulkan doa perempuan cantik. Mereka berkumpul di surga.
“Barang siapa takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Barang siapa tidak takut kepada Allah, maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu.” (HR. AL-BAIHAQI)
“Tak lama lagi, bersabarlah.”
Ternyata, tiga hari setelah mimpi itu, si pemuda meninggal dunia dan Allah telah mengabulkan doa perempuan cantik. Mereka berkumpul di surga.
“Barang siapa takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Barang siapa tidak takut kepada Allah, maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu.” (HR. AL-BAIHAQI)
0 comments:
Post a Comment